Tomy
Tom Tom
Semerbab
harumnya mawar didepan rumah mencoba merayuku untuk memetiknya dan
meletakkannya di vas meja ruang tamu. “Kamu itu memetik bunga setiap pagi apa
tak bosan?” Datang sesosok laki-laki yang mengagetkanku. “Tentu saja tidak
kalau bosan pastilah sudah tak kulakukan kegiattan ini.” Jawabku santai pada om
ku. Ya dialah om yang terunik didunia bagaimana tidak hanya ada satu orang
sepertinya yang jahil, cerewet, suka meledek tapi tetap baik.
Sudah
17 tahun aku hidup bedampingan dengannnya sejak kecil ia sudah menjadi bagian
dari hidupku, menemani disetiap langkahku serta menjadi salah satu orang yang
terpenting ditiap pijakkan langkahku. Om Bus biasa aku memanggilnya orang yang
cukup tinggi dengan badan kekar, mata yang memiliki tatapan tajam, alis yang
tebal tanpa pensil alis, hidung yang sedikit lebih mancung dariku, senyumannya
yang tak membosankan untuk dipandang. Semua yang ada pada dirinya sangat
sederhana dan terlahir secara alami. Dibalik kesederhanaannya ada yang sangat
ia rahasiakan dariku yaitu media sosial yang ia punya, entahlah kenapa ia tak
pernah menjawab jika aku tanyakan apa nama facebooknya. Dia hnaya berkata “Apa
itu facebook? Aku tidak punya facebook.” Itulah jawabnya yang tak pernah
berubah.
“Om
tahu nenekku tidak? Dari tadi aku panggil tapi tak ada jawaban sama sekali.”
Tanyaku seperti biasanya pada om Bus. “Oh nenekmu sedang di rumah Bayu
menghantarkan kue untuk pengajian nanti malam. Kamu gak bisa masuk apa? Kalau
iya kemarilah duduk diteras dulu nantikan nenekmu juga pulang.” Jawab om Bus
santai. Aku dan om Bus memang hanya sepupu yang jauh dari rentettan pertalian
darah tapi, kami sudah snagat dekat seperti keluarga dia menganggapku sebgai
keponakannya sendiri seperti itu juga aku yang menganggapnya seperti om ku
sendiri.
“Ada
pulsa tidak? 5.000 ya kirim ke nomor hp yang biasanya saja ini uangnya.” Om Bus
yang terbiasa memebeli pulsa padaku dan seperti biasa dia selalu menyempatkan
untuk duduk sejenak di kursi ruang depan dan sedikit berbicara tentang kesukaan
samapi even tertentu padaku. “Om nama facebook om itu apa toh? Pelit kali om
ini.” Rayuku pada om Bus berharap agar ia memberitahukan nama facebooknya. Yah
seperti biasa ia selalu menjawab “ Apa itu facebook? Aku tidak punya.”
Jawabnya.
***
Aku
memang sedang sibuk di media sosial karena zaman sekarang banyak tugas yang
diberikan melalui media sosial oleh beberapa guru disekolah. Saat aku sedang
membuka akun facebookku aku tak sengaja membuka inbox dari teman facebookku
yang bernama Tomy Tom Tom, sebenarnya aku tak terlalu mengenalnya tapi aku
tetap membalasnya dan sampai sekarang ia
menjadi salah satu teman facebookku yang aktif berkomunikasi denganku. Dia
seorang pria tapi aku rasa dia baik jadi aku santai beteman dengannya dia juga
selalu mengingatkan hal yang baik seperti harus belajar giat agar cita-citaku
tercapai, shalat, semua berhubungan dengan hal yang baik. Tapi, satu yang aku
bingung darinya dia selalu bicara bahwa aku telah ia anggap sebagai
keponakannya sendiri. Dia juga tak pernah mengunggah foto jangankan mengunggah
foto akun facebooknya saja tak ia beri foto profil.
***
“Senyum-senyum
saja, awas kesambet lho.” Kaget om Bus duduk disampingku. “Enak saja aku ini
kan senyum karena melihat film kartun memangnya om tersenyum akalu ada yang
menelepon maalam minggu saja.” Canda tawa yang mengalir begitu saaja tanpa
sedikitpun rekayasa.
“Dhila,
kemarin om kamu nyariin kamu dia tanya kamu punya pulsa atau tidak.” Ucap nenek
saat aku pulang bimbel. “Oh iya biarlah pasti ia sudah mencari ke konter yang
lain.” Ya, itulah om Bus yang selalu membeli pulsa tanpa melewatkan kursi
diruang tamu setidaknya untuk melepas lelah katanya. Di ruang tamu itu juga
tercipta keakrabban ynag mengalir sendirinya antara aku dan om Bus juga
nenekku. Tapi, semuanya kini tinggalah sebuah kenangan antara aku, om Bus dan
nenekku.
***
Tepat
seminggu lalu om Bus pergi meninggalkan aku, nenek serta semua keluarganya
untuk selamanya. Saat aku pulang sekolah semua orang sibuk mencari om Bus
disawah, dikebun dan tempat teman-temannya. Aku fikir dia mungkin sedang main
kerumah temannya yang lain jadi aku tak terlalu khawatir dan memutuskan untu
bimbel dulu. Dijalan aku berharap pulang om Bus sudah ditemukan tapi, kenyataan
berkata lain apa yang ku bayangkan tak pernah jadi kenyataan. Dalam hati aku
bertanya kenapa ada mobil polis dan banyak sekali orang yang berada dirumah om
Bus? Mulai dari anak kecil sampai orang tua juga ada.
“Nek
om Bus?” Tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca pada nenek. “Iya bagaimana ini
nduk? Om kamu belum ditemukan juga. Sudah banyak orang yang mencarinya kesana
kemari dan sekarang orang-orang sedang berada disungai untuk mencarinya. Om Bus
memang tak biasanya pergi kesawah tanpa membawa motornya hari ini ia pergi
dengan dibonceng tetangga dan biasanya jam 10 dia juga sudah pulang ke rumah
tapi, sekarang dia belum pulang juga. Telingaku sangat sakit mendengarkan
berbagai pembicaraan orang-orang yang mengatakan kalau om Bus hanyut di sungai
ada jug ayang bilang dia diculik aku tak percaya baru saja kemarin sore dia
menacariku dan tak bertemu seharusnya dia emncariku sampai ketemu ya Allah aku
mohon dimanapun, kapanpun dan seperti apapun kuatkanlah dan selamatkanlah om
Bus ya Allah kembalikan dia dengan selamat pada keluarganya amin...”
***
Selasa
telah berlalu seperti pencarian om Bus yang tiada berarti, Rabu menyambut
dengan seribu harapan dari orang-orang agar om Bus dapat ditemukan. Namun
harapan tinggallah harapan, sejumlah aparat kepolisian dan tim SAR telah
dikerahkan dan telah berusaha keras mencari om Bus tapi, hasilnya masih nihil.
Kabar hilangnya om Bus sudah menyebar keseluruh penjuru desa dan tetangga desa
mereka juga ikut membantu mencari om Bus. Aku baru sadar biasanya Tomy Tom Tom
sudah mengirimkan inboxnya padaku, siapa tahu dengan bercerita padanya bebanku
sedikit berkurang. Tapi, kenapa tak ada pesan sama seklai dan pesan yang aku
kirimkan juga tak dibalas olehnya. Tak biasanya dia aneh bigini ah mungkin dia
sedang sibuk.
Hari
ini aku memang sedang UAS dan aku harusberangkat sekolah, tapi saat aku
disekolah fikiranku hanya tertuju pada om Bus sudahkah ia ditemukan? Materi pun
sampai tak kubaca dengan seksama. Sekali lagi aku berharap dalam perjalananku
pulang, berharap saat aku pulang om Bus sudah ditemukan.
“Kenapa
semakin banyak orang nek?” “Ya bagaimana tidak om mu belum juga ketemu.” Hatiku
tak menentu aku takut terjadi apa-apa dengan om Bus karena jujur saja jika
benar ia hanyut disungai saat pulang dari sawah aku tak tahu harus bicara apa,
melihat sungai yang kini tengah banjir besar aku semakin takut.
Sampai
sekarang jarum jam menunjukkan pukul 01.00 aku masih belum bisa tidur semua
orang masih diluar untuk mencari om Bus. Om Mega akhirnya menegtuk pintu dan
langsung memberi kabar kalau om Bus sudah ditemukan. “Alhamdulillah, dimana
ditemukannya? Dan pakah masih tertolong?” Tanya nenek terburu-buru. “Di sungai
Mataram, yah bu tak bisa tertolong lah bu, sudah 2 hari di air katanya sudah
tiada.” Mendengar perkataan om Mega hatiku rasanya hancur badanku gemetar dari
ujung kepala hingga ujung kaki. Suara tangisan nenek pecah tak lama kemudian
mobil jenazah terdengar.
Aku
benar-benar tak menyangka kalau secepat ini om Bus meninggalkan kami semua,
semua keluarga histeris dan tak percaya apalagi dengan kakak laki-lakinya yang
langsung tak sadarkan diri mendengar kabar tersebut ayahnya yang juga pingsan
saat mendapat kabar. Semua orang benar-benar terpukul atas kepergiannya ynag
dengan cara seperti ini. Aku harus membendung air mataku dan berusaha
menguatkan diriku sendiri karena tak ada lagi yang menguatkan diriku lagi. Yang
biasanya menyapaku tiap pagi, meledekku sore hari kini telah pergi. Aku hanya
bisa mendoakan om Bus didepan jenazahnya da menangis terasa tak kuat dengan
kenyataan yang terjadi. Bagaiamna mungkin sedikit waktu untuk melupakan
kenangan sedang hati terkenang atas kebaikan dan rasa sayang yang di berikan
tanpa seikitpun harap imbalan.
“Fitri
ada yang meminta nama facebooknya Bus siapa sih namanya?” Tanya om Pur pada
Fitri saudaraku sekaligus keponakan om Bus. “Oh iya namannya Tomy Tom Tom. Coba
cari saja pasti ketemu.” Telingaku terasa pecah mendengar jawaban Fitri, dunia
seras terhantam badai diriku hanya dapat meneteskan air mata. Tenyata selama
ini yang menjadi teman facebook tak lain adalah om bus? Kenapa aku baru
menyadarinya ya Allah? Kenapa semua ini terasa menyakitkan? Orang yang selama ini menjadi sandaran,
kekuatan dan keteladanan menyembunyikan dirinya demi kebaikkan. Tapi, hamba
sadar semua ini adalah kehendakMU dan hamba percaya bahwa keputusanMU adalah
jalan terbaik bagi kami.
Tomy
Tom Tom sebuah nama yang menjadi topeng kebaikanmu om, semoga Allah mengampuni
dosa-dosamu dan memberikan tempat terbaikNYA untukmu disana. Aku dan keluarga
ikhlas dengan semua yang terjadi dan semoga kebaikkanmu dapat kami jadikan
kenangan terindah darimu om Bus. Kami semua hanya dapat mengiringi kepergianmu
dengan doa. Selamat jalan om Bus Tomy Tom Tom.fadhilaannisa791@gmail.com