Minggu, 08 April 2018




Penikmat Senja di Batas Kota
Dulu ketika aku dan kamu msih menjadi kita semuanya terasa indah, tanpa kata kita pun dapat tertawa bahagia melangkah yakin di deburan ombak yang senantiasa menghapus jejak-jejak. Sunggguh kepergianmu kini hanya menyisakan luka tak ku kuasa menangis hanya membuatku semakin tak berdaya namun sedikit lega. Entah duu kesalahan apa yang membuatku begitu egois sehingga kamu lebih memilih pergi dan sampai kini tak kembali. Aku sadar dulu kita hanya terikat pada sebuah persahabatan namun tak pernah kamu tahui jika aku memendam perasaan yang berbeda iya lebih dari sekedarnya dan tanpa sewajarnya, tapi kamu tahu bukan? bahwa perempuan adalah mahluk terpandai tentang sebuah perasaan meski ribuan luka yang telah dihujamkan ke dalam hatinya namun ia tetap tegar bahkan mengikhlaskan.

"Kamu keras kepala, kenapa tak mau pulang?" Tanya mu singkat tanpa tatap yang menggurat.
"Tak apa aku hanya sedang ingin sendiri saja". Jawabku sekenanya
"Kamu kenapa masih saja seperti dulu tak pernah berubah, kekerasan serta keegoisanmu yang membawa dampak buruk untuk orang yang ada di sekitarmu mereka mencemaskanmu". Tambahnya lagi degan tatapan dingin.
Ingin sekali rasanya untuk menikmati senja di batas kota ini dengannya meski nampaknya sang hujan akan segera menjatuhkan dirinya tanpa pernah ia tahu bagaimana perasaanku saat ia jatuh dan akhirnya aku dengannya harus kembali terpisah.
"Sudahlah tak usah mencemaskan aku sedang dirimu kini tidak baik-baik saja, aku ini hanya ingin menikmati jingga di batas kota ini tanpa kamu ataupun mereka karena semuanya hanya meninggalkan duka. sudah tak usah kamu berlebihan aku hanya sedang tidak ingin tertawa saja bukan berarti aku tak bahagia bukan? meskipun sebenarnya hati ini remuk tak berbentuk oleh karena kamu kecewakan". Sekakku pada dia yang terlihat akan memotong pembicaraanku.

Benar dia telah berubah bukannya tetap tinggal malah ia pergi dan hanya bayangan yang ia tinggalkan, bukankah mempertahankan itu hal yang seharusnya kamu lakukan? tidak untuk aku setidaknya untuk perasaanku agar tak terluka sedalam-dalamnya ini.

Kini hanya ada aku yang duduk sendiri di bangku dan meja jembatan pantai dengan rindukan jingga di batas kota aku ingin bahagia dan tak lagi terluka olehmu yang tak lagi sama. Mungkin di suatu saat nanti akan ada keajaiban senja yang kan membawamu kembali dalam runtutan cerita yang ku tulis di bawah jingga tepat di batas kota ini.
salam hangat yang terucap dari raga tak berjiwa.

1 komentar: