Sabtu, 07 April 2018

Untaian Hati

Tomy Tom Tom
Semerbab harumnya mawar didepan rumah mencoba merayuku untuk memetiknya dan meletakkannya di vas meja ruang tamu. “Kamu itu memetik bunga setiap pagi apa tak bosan?” Datang sesosok laki-laki yang mengagetkanku. “Tentu saja tidak kalau bosan pastilah sudah tak kulakukan kegiattan ini.” Jawabku santai pada om ku. Ya dialah om yang terunik didunia bagaimana tidak hanya ada satu orang sepertinya yang jahil, cerewet, suka meledek tapi tetap baik.
Sudah 17 tahun aku hidup bedampingan dengannnya sejak kecil ia sudah menjadi bagian dari hidupku, menemani disetiap langkahku serta menjadi salah satu orang yang terpenting ditiap pijakkan langkahku. Om Bus biasa aku memanggilnya orang yang cukup tinggi dengan badan kekar, mata yang memiliki tatapan tajam, alis yang tebal tanpa pensil alis, hidung yang sedikit lebih mancung dariku, senyumannya yang tak membosankan untuk dipandang. Semua yang ada pada dirinya sangat sederhana dan terlahir secara alami. Dibalik kesederhanaannya ada yang sangat ia rahasiakan dariku yaitu media sosial yang ia punya, entahlah kenapa ia tak pernah menjawab jika aku tanyakan apa nama facebooknya. Dia hnaya berkata “Apa itu facebook? Aku tidak punya facebook.” Itulah jawabnya yang tak pernah berubah.
“Om tahu nenekku tidak? Dari tadi aku panggil tapi tak ada jawaban sama sekali.” Tanyaku seperti biasanya pada om Bus. “Oh nenekmu sedang di rumah Bayu menghantarkan kue untuk pengajian nanti malam. Kamu gak bisa masuk apa? Kalau iya kemarilah duduk diteras dulu nantikan nenekmu juga pulang.” Jawab om Bus santai. Aku dan om Bus memang hanya sepupu yang jauh dari rentettan pertalian darah tapi, kami sudah snagat dekat seperti keluarga dia menganggapku sebgai keponakannya sendiri seperti itu juga aku yang menganggapnya seperti om ku sendiri.
“Ada pulsa tidak? 5.000 ya kirim ke nomor hp yang biasanya saja ini uangnya.” Om Bus yang terbiasa memebeli pulsa padaku dan seperti biasa dia selalu menyempatkan untuk duduk sejenak di kursi ruang depan dan sedikit berbicara tentang kesukaan samapi even tertentu padaku. “Om nama facebook om itu apa toh? Pelit kali om ini.” Rayuku pada om Bus berharap agar ia memberitahukan nama facebooknya. Yah seperti biasa ia selalu menjawab “ Apa itu facebook? Aku tidak punya.” Jawabnya.
***
Aku memang sedang sibuk di media sosial karena zaman sekarang banyak tugas yang diberikan melalui media sosial oleh beberapa guru disekolah. Saat aku sedang membuka akun facebookku aku tak sengaja membuka inbox dari teman facebookku yang bernama Tomy Tom Tom, sebenarnya aku tak terlalu mengenalnya tapi aku tetap membalasnya  dan sampai sekarang ia menjadi salah satu teman facebookku yang aktif berkomunikasi denganku. Dia seorang pria tapi aku rasa dia baik jadi aku santai beteman dengannya dia juga selalu mengingatkan hal yang baik seperti harus belajar giat agar cita-citaku tercapai, shalat, semua berhubungan dengan hal yang baik. Tapi, satu yang aku bingung darinya dia selalu bicara bahwa aku telah ia anggap sebagai keponakannya sendiri. Dia juga tak pernah mengunggah foto jangankan mengunggah foto akun facebooknya saja tak ia beri foto profil.
***
“Senyum-senyum saja, awas kesambet lho.” Kaget om Bus duduk disampingku. “Enak saja aku ini kan senyum karena melihat film kartun memangnya om tersenyum akalu ada yang menelepon maalam minggu saja.” Canda tawa yang mengalir begitu saaja tanpa sedikitpun rekayasa. 
“Dhila, kemarin om kamu nyariin kamu dia tanya kamu punya pulsa atau tidak.” Ucap nenek saat aku pulang bimbel. “Oh iya biarlah pasti ia sudah mencari ke konter yang lain.” Ya, itulah om Bus yang selalu membeli pulsa tanpa melewatkan kursi diruang tamu setidaknya untuk melepas lelah katanya. Di ruang tamu itu juga tercipta keakrabban ynag mengalir sendirinya antara aku dan om Bus juga nenekku. Tapi, semuanya kini tinggalah sebuah kenangan antara aku, om Bus dan nenekku.
***
Tepat seminggu lalu om Bus pergi meninggalkan aku, nenek serta semua keluarganya untuk selamanya. Saat aku pulang sekolah semua orang sibuk mencari om Bus disawah, dikebun dan tempat teman-temannya. Aku fikir dia mungkin sedang main kerumah temannya yang lain jadi aku tak terlalu khawatir dan memutuskan untu bimbel dulu. Dijalan aku berharap pulang om Bus sudah ditemukan tapi, kenyataan berkata lain apa yang ku bayangkan tak pernah jadi kenyataan. Dalam hati aku bertanya kenapa ada mobil polis dan banyak sekali orang yang berada dirumah om Bus? Mulai dari anak kecil sampai orang tua juga ada.
“Nek om Bus?” Tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca pada nenek. “Iya bagaimana ini nduk? Om kamu belum ditemukan juga. Sudah banyak orang yang mencarinya kesana kemari dan sekarang orang-orang sedang berada disungai untuk mencarinya. Om Bus memang tak biasanya pergi kesawah tanpa membawa motornya hari ini ia pergi dengan dibonceng tetangga dan biasanya jam 10 dia juga sudah pulang ke rumah tapi, sekarang dia belum pulang juga. Telingaku sangat sakit mendengarkan berbagai pembicaraan orang-orang yang mengatakan kalau om Bus hanyut di sungai ada jug ayang bilang dia diculik aku tak percaya baru saja kemarin sore dia menacariku dan tak bertemu seharusnya dia emncariku sampai ketemu ya Allah aku mohon dimanapun, kapanpun dan seperti apapun kuatkanlah dan selamatkanlah om Bus ya Allah kembalikan dia dengan selamat pada keluarganya amin...”
***
Selasa telah berlalu seperti pencarian om Bus yang tiada berarti, Rabu menyambut dengan seribu harapan dari orang-orang agar om Bus dapat ditemukan. Namun harapan tinggallah harapan, sejumlah aparat kepolisian dan tim SAR telah dikerahkan dan telah berusaha keras mencari om Bus tapi, hasilnya masih nihil. Kabar hilangnya om Bus sudah menyebar keseluruh penjuru desa dan tetangga desa mereka juga ikut membantu mencari om Bus. Aku baru sadar biasanya Tomy Tom Tom sudah mengirimkan inboxnya padaku, siapa tahu dengan bercerita padanya bebanku sedikit berkurang. Tapi, kenapa tak ada pesan sama seklai dan pesan yang aku kirimkan juga tak dibalas olehnya. Tak biasanya dia aneh bigini ah mungkin dia sedang sibuk.
Hari ini aku memang sedang UAS dan aku harusberangkat sekolah, tapi saat aku disekolah fikiranku hanya tertuju pada om Bus sudahkah ia ditemukan? Materi pun sampai tak kubaca dengan seksama. Sekali lagi aku berharap dalam perjalananku pulang, berharap saat aku pulang om Bus sudah ditemukan.
“Kenapa semakin banyak orang nek?” “Ya bagaimana tidak om mu belum juga ketemu.” Hatiku tak menentu aku takut terjadi apa-apa dengan om Bus karena jujur saja jika benar ia hanyut disungai saat pulang dari sawah aku tak tahu harus bicara apa, melihat sungai yang kini tengah banjir besar aku semakin takut.
Sampai sekarang jarum jam menunjukkan pukul 01.00 aku masih belum bisa tidur semua orang masih diluar untuk mencari om Bus. Om Mega akhirnya menegtuk pintu dan langsung memberi kabar kalau om Bus sudah ditemukan. “Alhamdulillah, dimana ditemukannya? Dan pakah masih tertolong?” Tanya nenek terburu-buru. “Di sungai Mataram, yah bu tak bisa tertolong lah bu, sudah 2 hari di air katanya sudah tiada.” Mendengar perkataan om Mega hatiku rasanya hancur badanku gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki. Suara tangisan nenek pecah tak lama kemudian mobil jenazah terdengar.
Aku benar-benar tak menyangka kalau secepat ini om Bus meninggalkan kami semua, semua keluarga histeris dan tak percaya apalagi dengan kakak laki-lakinya yang langsung tak sadarkan diri mendengar kabar tersebut ayahnya yang juga pingsan saat mendapat kabar. Semua orang benar-benar terpukul atas kepergiannya ynag dengan cara seperti ini. Aku harus membendung air mataku dan berusaha menguatkan diriku sendiri karena tak ada lagi yang menguatkan diriku lagi. Yang biasanya menyapaku tiap pagi, meledekku sore hari kini telah pergi. Aku hanya bisa mendoakan om Bus didepan jenazahnya da menangis terasa tak kuat dengan kenyataan yang terjadi. Bagaiamna mungkin sedikit waktu untuk melupakan kenangan sedang hati terkenang atas kebaikan dan rasa sayang yang di berikan tanpa seikitpun harap imbalan.
“Fitri ada yang meminta nama facebooknya Bus siapa sih namanya?” Tanya om Pur pada Fitri saudaraku sekaligus keponakan om Bus. “Oh iya namannya Tomy Tom Tom. Coba cari saja pasti ketemu.” Telingaku terasa pecah mendengar jawaban Fitri, dunia seras terhantam badai diriku hanya dapat meneteskan air mata. Tenyata selama ini yang menjadi teman facebook tak lain adalah om bus? Kenapa aku baru menyadarinya ya Allah? Kenapa semua ini terasa menyakitkan?  Orang yang selama ini menjadi sandaran, kekuatan dan keteladanan menyembunyikan dirinya demi kebaikkan. Tapi, hamba sadar semua ini adalah kehendakMU dan hamba percaya bahwa keputusanMU adalah jalan terbaik bagi kami.

Tomy Tom Tom sebuah nama yang menjadi topeng kebaikanmu om, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan memberikan tempat terbaikNYA untukmu disana. Aku dan keluarga ikhlas dengan semua yang terjadi dan semoga kebaikkanmu dapat kami jadikan kenangan terindah darimu om Bus. Kami semua hanya dapat mengiringi kepergianmu dengan doa. Selamat jalan om Bus Tomy Tom Tom.fadhilaannisa791@gmail.com

1 komentar: